Minggu, 30 Januari 2011

KETRAMPILAN MEMBANTU UNUK MEMAHAMI ORANG LAIN


Ada tujuh kelompok ketrampilan untuk mambantu memahami orang lain.
“yang terpenting adalah ketajaman clinical observation (observasi yang mendalam)

I Listening Skill (ketrampilan mendengarkan)

            Mendengarkan adalah suatu aktivitas yang sangat aktif berespon terhadap semua pesan. Mendengarkan tidak hanya mendengarkan kata-kata helpee tetapi juga melihat bahasa tubuh dari helpee. Mendengarkan adalah dasar dari semua interview, apakah itu bertujuan untuk menambah informasi, mengatur struktur interview yang mendalam, atau untuk memberi bantuan secara informal.
Ketrampilan mendengarkan meliputi:

Attending (memperhatikan) nothing verbal end nonverbal behavior

Ada beberapa komponen dari memperhatikan yaitu;
1.      Kontak melalui mata
Perlu memperhatikan konteks budaya, karena ada budaya yang memperbolehkan kontak mata antara laki-laki dan perempuan, tetapi ada juga budaya yang tidak membolehkan.
Kontak mata merupakan salah satu sarana untuk melakukan komunikasi. Dari kontak mata dapat diketahui tentang perasaan seseorang dan dapat diperoleh pesan non verbal. Dalam kontak mata perlu juga memperhatikan jarak antara helper dan helpee agar merasa nyaman. Sebagai contoh, ada helpee yang merasa tidak nyaman pada jarak kurang dari 3 kaki karena lingkungan sosial menentang hal tersebut.
2.      Sikap badan
Sikap santai itu perlu bagi helper agar dapat berempati terhadap apa yang dirasakan oleh helpee. Sikap yang tegang akan dirasakan cenderung mengubah perhatian dari helpee terhadap helper, sehingga helpee ikut merasa tegang.
3.      Gesture / gerak –isyarat
Komunikasi bisa melalui gerakan-gerakan badan. Pesan bisa dikirim oleh helpee melalui gerakan-gerakan isyarat dan sikap badan.
4.      Verbalisasi dari helper
Apa yang dikatakan oleh helper berhubungan dengan apa yang dikatakan oleh helpee. Helper tidak mengajukan beberapa pertanyaan, tidak membuat topik pembicaraan yang baru. Atau menambahkan maksud dari helpee, tetapi helper menegaskan pernyataan dari helpee dan mengambil intinya.
Beberapa penegasan yang tidak tergantung pribadi, misalnya : “saya tahu maksud anda”. Sering membantu helpee untuk bercerita lebih banyak.
Helpee bebas mengemukakan secara verbal tentang ide-ide atau perasaannya dengan caranya sendiri. Hal-hal diatas merupakan salah satu perbedaan antara ‘membantu’ dan percakapan. Percakapan dalam interaksi sosial, adalah masing-masing pihak memberi dan menerima opini-opini pertanyaan dan ungkapan perasaan.
Satu tugas yang paling sulit adalah untuk membuat helpee mulai bercerita tanpa bertanya secara mendalam. Dan melompat-lompat dari satu topik ke topik lain.
Petunjuk agar tingkah laku memperhatikan menjadi efektif:
a.       Mengadakan kontak dengan helpee selama pembicaraan.
b.      Mempertahankan sikap tubuh yang santai dengan tetap memberi perhatian.
c.       Menggunakan gerakan-gerakan isyarat untuk mengkomunikasikan pesan-pesan yang diharapkan.
d.      Menggunakan pernyataan verbal tanpa interupsi, pertanyaan, atau membuat topik baru.

Paraphasing (kemampuan menyusun pesan) – Responding to Basic Messages

            Paraphrasing adalah suatu metoda untuk mengemukakan kembali pesan-pesan helpee secara mendasar.
            Tujuan paraphrasing adalah :
·        Menguji sejauh mana daya tangkap helper terhadap apa yang dikatakan helpee.
·        Menguji apakah helper dapat mengerti inti dari pesan helpee.
Helper menyimpulkan data-data dari apa yang dikatakan oleh helpee kedalam kata-kata yang lebih tepat dengan mengulangi pesan-pesan dari helper tanpa menambahkan ide-ide baru. Paraphrasing membantu menjelaskan pesan-pesan yang kabur atau berarti ganda. Helper, mendapat pesan helpee melalui isyarat verbal dan nonverbal kedalam bentuk yang lebih jelas.
Petunjuk untuk melakukan paraphrasing :
1.      Mendengarkan dasar dari pesan helpee.
2.      Menyatakan kembali secara singkat apa dasar dari pesan kepada helpee
3.      Mengamati suatu isyarat, atau meminta suatu respon dari helpee untuk menegaskan atau menolak keakuratan dan kegunaan dari paraphrasing untuk lebih memahami helpee.

Clarifying (kemampuan menjelaskan) – Self Disclosing and focusing discussing

            Menjelaskan akan membawa dari topik yang tidak jelas ke topik yang lebih jelas, yang dilakukan setelah paraphrasing. Pada pesan-pesan yang tidak jelas, kata-kata yang membingungkan, alasan yang berputar-putar, dapat dilakukan paraphrasing. Dengan clarifying akan didapat pernyataan yang jelas dan singkat dari helpee.
            Petunjuk-petunjuk untuk melakukan clarifying :
1.      Mengakui adanya kebingungan dari maskud helpee.
2.      Mencoba menguraikan dengan cara lain atau meminta kejelasan, mengulangi, atau menjelaskan.

Perception checking – Determining accuraty of hearing

            Perception checking merupakan aktivitas bertanya, untuk memperoleh umpan balik dari helpee tentang ketepatan dari apa yang helper dengar.
            Perception checking yang sering akan membantu dalam membentuk komunikasi yang terarah. Mendengarkan diikuti dengan perception checking akan memperkecil kemungkinan kesalahan persepsi atau salah pengertian.
            Pedoman untuk perception checking adalah:
1.      Ungkapkan kembali apa yang didengar dan dipikirkan dengan kata-kata / kalimat yang lain.
2.      Bertanya secara langsung untuk memastikan ketepatan dari apa yang didengar.
3.      Biarkan helpee membetulkan persepsi anda jika tidak tepat.

II Leading Skill (ketrampilan mengarahkan)

            Tujuan leading adalah mendorong helpee berespon untuk memulai pembicaraan. Khusus untuk helpee yang pasif (sulit untuk memulai pembicaraan).
            Leading diartikan sebagai tindakan yang membantu helpee dalam berespon secara tepat dengan menggunakan kata-kata.
            Lebih spesifik lagi, leading adalah:
a.       Mendorong helpee untuk mengeksplorasi dan menguraikan perasaannya.
b.      Membiarkan helpee mengolah perasaannya dalam berbagai arah yang bervariasi dan berespon secara bebas terhadap apa yang sedang berlangsung.
c.       Mendorong helpee untuk aktif dalam proses wawancara dan menerima tanggung jawab dalam proses itu.
Ketrampilan mengarahkan meliputi

Indirect Leading (Pengarahan Tidak Langsung)

            Tujuan utama dari indirect leading adalah agar helpee mau memulai dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan wawancara. Indirect leading dipandang helpee sebagai ajakan untuk menguraikan apa yang telah diungkapakannya.
            Pedoman untuk indirect leading:
1.      Menentukan tujuan pengarahan yang jelas
2.      Menjaga pengarahan tetap umum dan samar-samar (agar tidak terbaca helpee)’
3.      Memberikan waktu bagi helpee untuk mecerna pengarahan itu.

Direct Leading (Pengarahan Langsung) – Encourating end Elaborating Discussion

            Direct leading adalah metode untuk memusatkan topik secara leibh spesifik. Metoda ini juga membantu helpee menguraikan, menjelaskan, atau menggambarkan apa yang telah mereka katakan.
            Pedoman untuk direct leading
1.      Menentukan tujuan pengarahan
2.      Mengekspresikan tujuan dalam kata-kata untuk memperoleh penjelasan yang spesifik.
3.      Membiarkan helpee bebas mengikuti pengarahan anda (helper).

Focusing (memusatkan) – Controling, Confution, Disfusion end Vagueness

            Pemusatan pembicaraan tantang suatu pokok bahasan menurut helper akan bermanfaat.
Focusing digunakan apabila helpee selalu berputar-putar pada keragu-raguan dan kesamaran. Focusing cenderung mengurangi kebingungan, difusi, dan kekuatan helpee. Focusing mempunyai efek mengendalikan pada helpee sehingga helper harus berhati-hati menggunakan sumber informasi helpee.
            Petunjuk untuk focusing:
1.      Gunakan perasaan helpee sebagai arah pemusatan pembicaraan.
2.      Bersiap siaga terhadap umpan balik dari helpee tentang topik yang diprioritaskan.
3.      Bantu helpee untuk melihat dengan jelas perasaan yang tersembunyi selama diskusi.

Questioning (Bertanya) – Conducting Open and Closed Inquiries          

            Pedoman untuk Questioning adalah:
1.      Pertanyaan terbuka dan tidak dapat dijawab “ya”atau “tidak”.
2.      Pertanyaan memancing perasaan helpee dan bukan untuk memperoleh informasi
3.      Pertanyaan mengarah pada klarifikasi dari helpee.

III Reflecting Skill

            Reflecting merupakan cara untuk menyatakan pada helpee bahwa kita berada pada kerangka pemikiran yang sama dan menaruh perhatian yang penuh. Ada 3 area dari reflecting yaitu, feeling (perasaan), experience (pengalaman), dan content.
            Tujuan utama dari reflecting adalah untuk mengerti pengalaman helpee dan mengatakan kepadanya bahwa kita mencoba mempersepsikan dunia seperti dia.

Reflecting Feeling – Responding to Feeling

            Tujuan dari reflecting feeling  adalah memusatkan pada perasaan. Helpee sering kali tidak dapat mengungkapkan perasaannya, sebab perasaan lebih tidak dikenal dibandingkan dengan emosi.
            Contoh emosi : marah, cinta, jijik, takut, agresi.
            Contoh feeling : afeksi, kesenangan, kebencian, rasa bersalah, dan kecemasan.
            Perasaan yang hasul sering kali tersembunyi dalam kata-kata. Helper mencari perasaan yang tersembunyi dan menunjukkan pada helpee agar dikenali dengan jelas.
·        Menurut saya, jika orang lain merasakan apa yang anda rasakan, pasti kecewa

Reflecting Ezperience – Responding to Total Ezperience

            Refleksi ini menguraikan umpan balik yang mengindikasikan keluasan observasi helper dalam merefleksikan eksperince, helper membaca apa yang diungkapkan helpee melalui bahasa tubuh. Helper mencatat, contoh : kecepatan berbicara, cara bernafas, perubahan mimik, posture, dan arah pandangan, sebagai tanda dari perasaan helpee.
            Contoh kata-kata yang dapat digunakan :
·        Dalam satu minggu ini, apa saja yang telah saudara lakukan?
·        Apa yang kamu lakukan?

Reflecting Content – repeating ideas in fresh words or for emphasis

            Reflecting content merupakan suatu pengulangan kata pokok gagasan dari helpee, seperti halnya paraphrasing. Reflecting content digunakan untuk memperjelas gagasan yang disampaikan helpee.
            Dengan ketrampilan reflecting content, helper dapat membantu menggambarkan gagasan yang hendak disampaikan helpee dengan cara memberikan penekanan pada kata-kata kunci.
            Dalam prakteknya, ketiga ketrampilan reflecting ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Helper tidak hanya memperhatikan apa yang dikatakan helpee, tetapi juga bagaimana helpee menyatakan isi perasaannya.

Beberapa Kesalahan dalam Penggunaan Metoda Reflecting

a.       Stereotype Respon
Dapat menyebabkan rasa bosan / monoton dan terkesan tidak tulus.
b.      Tempo / Waktu
Ada yang diberikan pada tiap kalimat yang diungkapkan helpee. Ada yang membiarkan helpee berbicara sendiri hingga habis. Padahal sebenarnya bisa diberikan pada sela-sela kesempatan. Bahkan dengan mengangguk dan kata “hem….hem…” dapat mendorong kelangsungan reflecting  secara tepat.
c.       Kedalaman
Penggalian yang terlalu dalam mengenai perasaan bagi helpee yang tidak siap dapat memperlambat proses interview.
d.      Bahasa
Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan pengalaman budaya dan level pendidikan helpee
Pedoman untuk reflecting:
1.      Baca keseluruhan pesan, keadaan perasaan, non verbal, body language, feeling dan content.
2.      Pilih content dan feeling yang memenuhi tujuan pemahaman pada tahap proses menolong.
3.      Gambarkan pengalaman yang dirasakan.
4.      Tunggu respon helpee apakah ia menerima atau menolak pantulan pemikiran anda sebagai isyarat bagi apa yang dilakukan selanjutnya.

IV Summarizing (Ketrampilan Merangkum)

Keahlian merangkum meliputi atensi pada apa yang dikatakan helpee (content), bagaimana dia berkata (perasaan), dan tujuan, waktu , serta efek dari pernyataan (proses). Dengan merangkum, maka diakhir pembicaraan helper dan helpee akan sampai pada suatu pernyataan  (kesimpulan) dari beberapa ide dan perasaan.
Rangkuman dapat berupa paragraph yang panjang, tetapi idenya merupakan pokok-pokok dan tema umum dari isi dan perasaan. Maksud utama dari merangkum adalah memperlihatkan pada helpee pergerakan perasaan dalam mengeksplorasi ide dan perasaan, sebagaimana peningkatan kesadaran selama belajar dan pemecahan masalah. Merangkum membantu menyelesaikan wawancara dengan wajar, menjelaskan dan memusatkan ide-ide yang tersebar. Efek dari merangkum adalah menyenangkan helpee dan helper dapat mengetahui ketepatan persepsinya terhadap spectrum dari pesan yang disampaikan helpee. Hika memungkinkan helper dapat meminta helpee  untuk merangkum, ini untuk menguji pemahaman dan menjaga tanggung jawab helpee selama proses berlangsung. Ketika hubugan dihentikan, maka merangkum merupakan usaha untuk menangkap point inti, eksplorasi, kemajuan dari yang dicapai, dan perencanaan langkah selanjutnya.
            Petunjuk untuk merangkum:
1.      Ikuti variasi tema dengan nada emosional dari pembicaraan helpee.
2.      Meletakkan bersama-sama gagasan dan perasaan dalam kalimat pokok sebagai dasar pemaknaan
3.      Jangan menambah ide baru untuk merangkum
Tentukan apakah lebih membantu, menyatakan rangkuman anda atau kah menanyakan pada helpee rangkuman tema-tema, persetujuan atau rencananya.

V Kemampuan Konfrontasi

            Pembentukan konfrontasi meliputi sejumlah ketrampilan menolong kompleks, terdiri dari:
1.      Recognizing
Pengakuan perasaan dalam diri seseorang sebagai helper.
2.      Describing
Gambarkan perasaan dalam diri seseorang dan berbagai rasa dengan helpee
3.      Feeding Back
Pemberian umpan balik dalam bentuk pendapat tentang tingkah lakunya.
4.      Meditating
Suatu bentuk konfrontasi diri
5.      Repeating
Suatu bentuk penekanan dan penjelasan.
6.      Associating
Suatu metode memperoleh sentuhan perasaan.
            Gagasan dari konfrontasi ini adalah:
·        Untuk mendapat  pengakuan secara jujur dan langsung,
·        Untuk menunjukkan apa yang akan terjadi dan diduga akan terjadi.
Ketrampilan konfrontasi ini mengandung resiko, salah satunya adalah penolakan helpee untuk melakukan komunikasi secara terbuka. Hal ini tergantung pada kesiapan helpee untuk dihadapkan dengan feedback yang jujur.

Recognizing Feeling – Being aware of helper experienze

            Kemampuan seseorang untuk mengakui dan menanggapi perasaan helpee di dasari oleh kemampuan untuk mengakui perasaannya sendiri. Apakah keadaan ketegangan, berkeringat, kejang otot, dan denyutan mata dapat dikatakan sebagai kejadian anxiety, guilt (rasa bersalah), anger (marah), pleasure (senang), atau pain (rasa sakit).
            Helper harus memakai dua penilaian:
·        Apakah kejengkelan merupakan petunjuk problem yang tengah dihadapinya, atau
·        Hal ini hanya merupakan reaksi yang wajar terhadap apa yang dikatakan helpee.

Describing and Sharing Felling – modeling feeling expression

            Berbagi rasa mengenal helpee adalah suatu bantuk penyingkapan diri yang lebih intens dari pada sekedar tanggapan penjelasan. Prinsipnya, helper membantu memberikan gambaran bagaimana helper merasakan perasaan yang dalam dirinya. Hal ini merupakan suatu model bagi helpee untuk mengakui dan menyampaikan perasaannya.
            Adanya kepercayaan bergantung pada keterbukaan dalam berbagi rasa. Helper dapat mempercepat proses pembangunan kepercayaan melalui berbagi rasa tentang perasaan dirinya. Pembagian pengalaman digambarkan dalam Brammer dan Shastrom (1977) sebagai suatu cara terbaik untuk dijadikan model gagasan mengenai being a person.
            Keterbatasan dari penyampaian perasaan secara bebas (ventilasi) oleh helpee adalah mereka merasa enak, dan sesudah itu merasa tidak perlu menyelesaikan masalahnya.  Kebanyakan helpee melakukkan pertahanan diri untuk mencegah diri menyatakan perasan lebih dari toleransi yang dimilikinya. Helper harus peka untuk mengetahui kapan helper banyak melakukan defence (dimana tingkah laku mereka memburuk, dan dalam waktu lama melakukan katarsis emosi).
            Beberapa petunjuk untuk mengetahui sejauh mana helpee melakukan ventilasi dan seberapa banyak akibatnya dapat dilihat dibawah ini.
            Beberapa akibat dari pernyataan perasaan secara bebas:
·        Mereka diketahui telah mempunyai gangguan emosional. Seperti; kecenderungan hysteria, delusi dalam berfikir, kemarahan yang ekstrim.
·        Kehidupan mereka penuh dengan krisis dan tekanan emosional melebihi perasaan-perasaan yang dapat mereka atasi. Memiliki pengalaman masa lalu yang berhubungan dengan krisis-krisis emosional, dan diketahui menjadi goyah.
·        Kekuatan melawan untuk mengeksplorasi perasaan.
·        Pengalaman adekuat dari helper disangsikan.
·        Kehidupan emosi dalam keadaan kacau.
·        Waktu yang tersita untuk mengolah perasaan yang tidak adekuat
·        Dorongan yang diberikan tidak adekuat
·        Kebijaksanaan untuk mengetahui kehidupan emosional klien mengecilkan hati.
·        Sikap-sikap dan harapan orang-orang yang melindungi helpee tidak dapat dijangkau.
Petunjuk ini dapat mempertinggi kesadaran kita akan kemungkinan bahaya dalam mengungkapkan perasaan secara bebas, hal ini tidak dimaksudkan untuk mengecilkan hati dan membuat takut berhubungan dengan perasaan helpee. Jika saat berbagi perasaan, kita menemukan hal yang tidak menyenangkan, ini merupakan tanda kita harus bekerja lebih keras untuk dapat mengarahkan dengan perasaan.
Tujuan utama helper dalam ketrampilan konfrontasi adalah untuk memancing helpee menyertakan perasaannya secara jujur dalam setiap pernyataannya.

Feedback and opinion (umpan balik dan pendapat) – Reacting Honesty to help expressions

            Feedback merupakan suatu istilah yang dipinjam dari bidang elektronika dan fisika, dimana informasi diberikan kembali pada suatu system sehingga dapat dilakukan perbaikan terhadap system tersebut. Dengan cara yang sama, kita memberikan informasi dalam bentuk opini dan reaksi kepada orang yang meminta bantuan, sehingga mereka memiliki ide yang lebih baik tentang begaimana berperilaku, dan mereka dapat menggunakan informasi ini untuk merubah tingkah lakunya.
            Salah satu ketrampilan untuk meningkatkan pemahaman adalah feedback yang jujur dari helpee. Kita memperoleh pemahaman tentang siapa diri kita melalui reaksi orang lain. Kepribadian kita merupakan hasil dari keseluruhan pendapat, celaan, dan pujian dari orang tua. Proses menolong, adalah kelanjutan dari proses dasar yang lebih difokuskan pada kebiasaan. Feedback yang efektif dari orang yang dipercaya dan memperhatikan secara mendalam dapat membantu helpee untuk menutupi kesenjangan dalam kesadaran diri mereka.
            Pedoman untuk memberikan feedback:
1.      Berikan pendapat dalam bentuk feedback pada saat helpee siap memberikan pesan. Untuk menggunakannya hanya akan membangkitkan perlawanan, kemarahan, atau penolakan, karena hal itu tidak sesuai dengan alur pendapat helpee.
2.      Gambarkan suatu tingkah laku sebelum memberikan reaksi helper menggambarkan hal yang spesifik dan kemudian menyatakan perasaannya tentang hal tersebut. Seringkali sulit untuk menentukan kapan feedback itu merupakan proyeksi dari prasangka dan masalah pribadi, dan kapan hal itu merupakan reaksi yang didapat helpee dari sebagian besar orang. Feedback harus diberikan secara hati-hati dan dengan pemahaman yang jelas, bahwa helper memberikan reaksi pribadi terhadap tingkah laku helpee. Dengan menjaga reaksi yang bersifat deskriptif dari pada yang evaluative, membuat helpee bebas menggunakan reaksi-reaksi tersebut sebagaimana adanya.
3.      Berikan feedback dalam bentuk pendapat tentang tingkah laku bukan keputusan tentang person.
4.      Berikan feedback mengenai kapasitas yang dimiliki untuk berubah.
5.      Feedback hendaknya diberikan dalam kadar yang kecil sehingga helpee dapat mengalami secara penuh pengaruh dari reaksi helper. Bila terlalu banyak akan berlebihan dan menghasilkan kebingungan dan mungkin kemarahan. Feedback yang diberikan dengan cara ini akan lebih membuka kebencian kepada yang memberi dan kurang bersifat menolong bagi helpee.
6.      Feedback hendaknya merupakan bentuk respon terhadap tingkah laku spesifik yang terjadi saat itu, bukan terhadap urusan emosional yang belum selesai pada masa lampau.
7.      Mintalah helpee untuk menanggapi feedback, apakah menolong atau tidak, apakah meningkatkan atau justru merenggangkan hubungan.

Meditating – Promoting Self Confrontation

            Merupakan bentuk konfrontasi diri yang kuno. Beberapa kelompok filosofis yang tergabung dalam The Orlent seperti Zen, Yoga, dan Sufi, bersamaan dengan tradisi Christian dan Hebrew di dunia
Barat, menekankan pada nilai-nilai pemahaman diri yang terkandung dalam bentuk meditasi. Keistimewaan dan nilai utama dari meditasi untuk proses menolong adalah bahwa meditasi menghentikan keaktifan aliran ide-ide dan tindakan, serta membuat helpee dapat merasakan dirinya sendiri. Meditasi membuka kemungkinan bagi kesadaran diri dalam relasi dengna dunia, yang merupakan suatu proses yang berbeda dari proses sensori yang biasa disadari.
Zen menekankan kesadaran melalui suatu keadaan ‘no mind’ dimana kesadaran berhenti. Berbagai macam gaya meditasi dibantu oleh postur yang khusus, pengulangan bunyi, perenungan suatu objek, atau latihan pernafasan, tetapi ide dasar dari penghentian tindakan dan pikiran untuk memberikan pengalaman dalam bentuk lain adalah sama.
Helpee yang berganti-ganti topik dan yang kesulitan merasakan perasaan mereka, dapat ditolong melalui beberapa jenis meditasi. Kita dapat meminta helpee untuk berhenti bicara, menutup mata, memperoleh posisi yang nyaman, dan diam beberapa saat. Kita dapat meminta mereka untuk memfokuskan diri pada pernafasan, bagaimana mereka menghirup dan menghela nafas dan membiarkan lompatan ide-ide melintasi kesadaran mereka yang mulai memudar
Metode ini hendaknya membuka pintu-pintu baru bagai perasaan dan kesadaran helpee dalam relasinya dengan orang lain dan lingkungan fisiknya.
Ringkasan petunjuk untuk penggunaan bentuk meditasi dalam konfrontasi diri:
1.      Kenali lebih jauh satu atua lebih gaya melalui pengalaman pribadi.
2.      Jelaskan nilai yang terkandung dalam mentode ini pada helpee.
3.      Mintalah mereka untuk mencari posisi dengan mata tertutup
4.      Mintalah mereka untuk diam dan biarkan pikiran memudar.
5.      Mintalah mereka untuk memfokuskan diri pada pernafasan sebagai cara untuk merasakan proses tubuh dan perasaan-perasaan mereka.
6.      Setelah beberap menit, mintalah mereka untuk membuka mata dan menggambarkan pengalaman yang menggunakan petunjuk dari pernyataan yang mengandung perasaan untuk mengadakan eksplorasi lebih lanjut.
7.      Mintalah mereka untuk berlatih bentuk konfrontasi ini dirumah, jika mereka

Repeating (pengulangan) – tapping obscure of feelings

              Repeating merupakan metode lain dari konfrontasi diri yang dibentuk oleh helper, yang berasal dari tradisi gestalt. Helpee hanya diminta mengulangi suatu kata, frase. Helpee hanya diminta mengulangi suatu kata, frase, atau kalimat pendek dalam satu waktu. Helper menyarankan agar helpee memusatkan diri pada salah satu pernyataan yang muncul untuk mendapatkan makna yang mendalam bagi mereka.
              Helper kemudian meminta mereka mengulanginya dalam bentuk sederhana, tujuannya adalah untuk membangkitkan perasaan yang dihubungkan dengan berbagai kata. Helper meminta helpee untuk mendengarkan apa yang mereka ucapkan secara emosional melalui pengulangan-pengulangan. Kemudian mereka mendiskusikan perasaan-perasaan yang diendapkan atau perasaan yang keluar bagai air mata.
              Dengan pengulangan, helpee dapat membuka tabir perasaan yang tidak jelas dan topic yang tetap pun akan berubah, ini akan menghentikan metode berbicara yang biasa secara tiba-tiba, yang secara umum menimbulkan perasaan-perasaan yang mendalam. Kesederhanaan dari metoda pengulangan menimbulkan sedikit pertahanandari helpee. Hal itu akan menempatkan mereka dalam cara berpikir anak-anak yang memotong pembicaraan orang dewasa yang terlalu banyak akta yang tak berguna. Hal itu memberi helpee suatu makna bagi pemusatan perasaan yang signifikan dan penghindaran godaan untuk bergerak cepat terhadap topik-topik yang aman.
              Keterlibatan pengambilan keputusan merupakan pengetahuan, ketika meminta helpee mengulang dan bagaimana seringnya membangkitkan mereka dengan permintaan seperti “katakan lagi” atau “lagi… lagi… “ Proses ini dilanjutkan hingga perasaan keluar dalam bentuk verbal atau non verbal seperti menangis atau diam, dapat juga digunakan gerakan. Jika kita melihat helpee menggelengkan kepala, kita dapat memintanya untuk melakukan lagi. Ini memusatkan perhatiannya terhadap pengaruh emosional dari pergerakan tersebut.
              Petunjuk bagi metode repeating:
1.      Catatlah pernyataan atau gerakan yang mengandung implikasi perasaan.
2.      Kalimat pendek dalam satu waktu atau lebih hingga perasaan terbangkitkan.
3.      Menganjurkan hlepee untuk tetap menjaga repetisi itu dalam bentuk kalimat aktif.
4.      Berikan waktu bagi helpee untuk merasakan dan membedakan pengaruh emosional sebelum pindah ke topik lain.

Asosiasi – Facilitating Wosening of Feeling

            Asosiasi merupakan keterampilan lain untuk memudahkan pelepasan perasaan. Cara ini lebih seksama dari metode ‘free association’ dimana helpee dianjurkan untuk mengatakan apapun yang terlintas dalam kesadaran. Tujuannya agar helpee terbebas dari pernyataan-pernyataan yang tidak tepat, logic, direncanakan, dan lebih kepada perasaan-perasaan yang tidak jelas dan tidak logic.
            Variasi lain dari metode asosiasi adalah mengambil satu kata dari pernyataan helpee yang tampaknya memiliki unsure emosional yang signifikan. Kemudian kita meminta mereka memberikan semua kata lain yang hadir dalam kesadarannya secara cepat, dan kita mencatatnya untuk didiskusikan kemudian.
            Hasil utama yang diharapkan adalah suatu kebebasan dari perasaan sehingga helpee dapat berdiskusi langsung. Cara ini juga lebih cepat menimbulkan perasaan-perasaan dari pada metode diskusi biasa.
            Pedoman keterampilan asosiasi:
1.      Meminta helpee mengatakan apa yang hadir dalam kesadaraanya.
2.      Jelaskanlah bahwa loncatan ide-ide tidak perlu bersifat logik atau konsisten.
3.      Gunakanlah akibat-akibat untuk menolong helpee mengeksplorasi lebih lanjut perasaannya atau diskusikan akibat dari asosiasi mereka.
4.      Sebagai suatu variasi, ambillah satu kata dengan kemungkinan adanya unsur emosiaonl yang signifikan dari pernyataan helpee dan minta mereka untuk mengatakannya secara bebas semua pemikiran dan perasaan yang terbangkitkan oleh kata tersebut secepat pemikiran dan perasaan itu hadir.

VI Keterampilan Menginterpretasi

            Menginterpretasi adalah proses aktif helper untuk menerangkan arti kejadian-kejadian kepada helpee sehingga mereka dapat melihat masalahnya dalam cara yang baru. Tujuan utamanya adalah mengajar helpee untuk mengartikan sendiri kejadian-kejadian dalam hidupnya. Dalam paraphrasing, kerangka pikir helpee ditata, sedangkan melalui interpretasi helper menyarankan kerangka pikir yang baru.
            Interpretasi kadang-kadang diberikan dalam rumusan beberapa teori khusus tentang kepribadian yang dikuasi helper. Biasanya diungkapkan sebagai hipotesa atau dugaan tentang apa yang terjadi. Cara terbaik untuk mengenal beberapa gaya menginterpretasi adalah dengan melihat film atau mendengar tape dari helper lain.
            Menginterpretasi berarti kita mengarahkan helpee untuk mencari pengertian dan persepsi yang lebih luas mengenai perasaan mereka. Tujuan dari seluruh usaha interpretasi adalah interpretasi diri oleh helpee dan meningkatnya kemampuan helpee untuk bertindak efektif.

Interpretative Quesioning (penafsiran pertanyaan) – Fasilitating awarenees

            Beberapa interpretasi dilakukan dalam bentuk pertanyaan seperti, “Apa yang kau pikirkan jika kau tidak mempercayai laki-laki karena ayahmu memperlakukanmu begitu buruk?” Pertanyaan ini menyatakan (secara tidak langsung) kualitas sementara pernyataan dan membuat interpretasi dengan sedikit resiko untuk helper. Interpretasi pertanyaan memiliki pengaruh sebagaimana dilukiskan berikut ini, dimana helpee menghindari pembicaraan mengenai self-concernnya.
Hr        : kapan kau akan memperhatikan dirimu sendiri?
He        : itu sikap mementingkan diri sendiri
Hr        : jadi, apakah itu salah?
He        : saya tidak menyukai orang yang mementingkan diri sendiri.
Hr        : sebabnya?
He        : orang yang mementingkan diri sendiri itu tidak disukai.
Hr        : kalau begitu, popularitas penting bagimu, dan jika kamu mementingkan diri sendiri, orang-orang tidak akan menyukaimu?
            Cara lain mengenal interpretasi adalah bentuk fantasi (day dream), dan penggunaan bahasa gambar metafora. Contoh, “saya berfantasi mengenai apa yang mesti kau katakan. Saya membayangkan kamu sedang berjalan di hutan, menemui persimpangan jalan dan harus memilih salah satu. kamu tidak mungkin melempar koin dan berlari dengan tenang menelusuri jalan yang dipilih koin tersebut.” Bagaimana kejadian seperti ini? Jika fantasi ini dihambat dengna kewaspadaan helpee. Maka akan menghilangkan perasaan mereka sendiri. Pendekatan ini membutuhkan ketrampilan helper hingga ke kerangka berfikirnya, ini akan mendukung helpee untuk mengatasi fantasinya. Kadang-kadang hal itu terdapat dalam suatu reaksi metafora, seperti, “Sering kali saya merasa kamu adalah beruang Teddy, besar dan lembut, yagn tenang pada posisinya.”
            Interpretasi terdapat pada suatu kontinum dari refleksi kita berada pada tingkat pemahaman dan perasaan helpee, keterangan teoritis tingkah laku di dapat melalui interpretasi lebih lanjut. Interpretasi ini belum menggali leibh dalam lagi psike helpee dan memunculkan insight brillian untuk membuka misteri kepribadiannya. Ini merupakan persepsi menyimpang dari metode psikoanalisa.
            Ilusi berikut ini memperlihatkan respon pada tingkat pemahaman yang berbeda. helpee mengatakan, “Saya ada di pesta tadi malam ketika saya minum terlalu banyak. Saya mabuk dan meneteskan air mata dan kemudian menangis. Saya bertingkah seperti anak-anak yang menginginkan ibunya. Saya malu.” Respon mu pada tingkat yang berbeda, mungkin akan menjadi sebagai berikut:
1.      Kamu minum sampai meneteskan air mata, kamu merasa malu sekarang seperti yang kamu ucapkan (content paraphrase).
2.      Kamu merasa tidak enak dengan kejadian tadi malam (general feeling reflection).
3.      Kamu merasa tidak enak ketika kamu kehilangan kontrol atas dirimu sendiri tadi malam (mild interpreting-adding the idea of control).
4.      Kamu mabuk sampai kehilangan kontrol perasaanmu seperti yang kau lakukan di malam itu, kamu ingin menghukum dirimu sendiri karena bertingkah seperti anak kecil. (childhood patterns).
5.      Mabuk, menangis dna pengertian ibu,  membuat kita tahu bahwa kamu ingin kembali ke ibumu- seperti ketergantungan diri untuk memperoleh kenyamanan perasaan tidak mandiri (deeper lebel interpreting – desire for a comforting mother and dependency).
6.      (interpretasi pernyataan sehubungan dengan pernyataan teoritis, seperti Gestalt, yang menjelaskan adanya ketergantungan pada hal lain dan substitusi self – dependency atau pendekatan rasional – emosi guna menghilangkan self defeating dan self – punishing feelings mengenal keinginan kembali kedalam rahim. Helper yang berorientasi behavorial dapat mengungkap kembali harapan helpee guna mengubah tingkah laku mabuk atau mengangis).
Masalah ini berguna untuk ketrampilan menulis interpretasi yang kompleks guna kejelasan dalam buku ketrampilan dasar menolong ini. Terjadi kesalahan pengertian signifikasi dan kegunaan dari ketrampilan interpretasi bagi helper. Kita semestinya tidak hanya mengetahui kegunaan yang mungkin, tapi juga implikasi kesalahan. Membaca lebih jauh dalam referensi di akhir bab ini akan menambah pemahaman mengenai berbagai gaya interpretasi.
Konsekuensi utama dengan mempertentangkan helpee dengan interpretasi adalah persepsi makna tingkah laku mereka bisa diperluas. Secara umum, helpee dapat mengharapkan pemahaman yang mendalam mengenai masalahnya sebagai akibat penambahan perspektif helper. Jika kau bereaksi, “Tiba-tiba saya insyaf,” kamu tahu interpretasi mu berhasil. Interpretasi juga berpengaruh pada keterlibatan emosional helpee sehingga mereka dapat bertanggung jawab pada interpretasinya.
Petunjuk interpretasi meliputi:
1.      Carilah pesan pokok yang dikemukakan oleh helpee
2.      Ungkapkan kembali pesan itu kepada helpee.
3.      Tambahkan pemahaman helper.
4.      Gunakan bahasa yang sederhana dan setaraf dengan pesan utama tersebut.
5.      Perkenalkan gagasan helper sebagai gagasan sementara. Contoh :”Apakah ini pernyataan jujur?”
6.      Telaah reaksi helpee terhadap gagasan tersebut.
7.      Ajarlah helpee melakukan penafsiran sendiri. Ingat kita tidak dapat memberi insight pada orang lain, mereka harus menemukannya sendiri.

VII Informing (Memberi Keterangan) – Giving Valid Information Based on Expertise

            Ketrampilan ini sudah terlalu umum dikenal sehingga tidak perlu diperdalam. Penyaringan terhadap informasi perlu mendapatkan perhatian (seringkali inilah hal terbaik yang bisa dilakukan) karena kadang-kadang keterangan yang tidak perlu bagi helpee. Informasi mengenai alat-alat tes, memerlukan ketrampilan planning dan pembuatan keputusan diluar pembahasan buku ini. informasi lebih jauh mengenal ketrampilan, minat, sikap dan sifat kepribadian dapat diperoleh dari Bramer & Shostrom (1977) dan bacaan lain yang disarankan pada akhir bab ini.
            Informasi jenis lain tentang pelayanan yang berkaitan dengan perencanaan keuangan, perencaan karir, dan perencanaan keluarga perlu ditangani orang-orang dengan keahlian khusus.

Advice (Menasehati) – Giving Sufcestions and Opinions Based on Experience

            Memberi nasehat adalah aktivitas helper memberikan informasi. Helpee mengharapkan pernyataan dalam nada menasehati atas apa yang telah terjadi, seringkali mempercayai peran helper sebagai seorang ahli. Awalnya helper juga sering menerima fungsi mereka dengan nasehat “akal sehat”.
            Tradisi saling memberikan nasehat mempunyai sejarah yang panjang dalam kehidupan rakyat. Hal itu merupakan kejadian umum pada orang yang saling mengenal dan saling mengenal dan saling percaya. Permasalahan muncul ketika helpee dengna helper bertemu dalam lingkungan kerja, gereja atau sekolah. Institusi ini memiliki pemberi nasehat alami yang seringkali kharismatik.
            Sebagai konsekuensinya mereka dicari orang yang bingung dan bermasalah, sebab mereka adalah orang-orang yang menarik perhatian karena reputasinya yang suka menolong. Orang-orang ini mungkin saja seorang penjaga atau pegawai, atau mungkin juga orang-orang lain yang mempunyai kewajiban untuk menolong. Seringkali helpee mempermasalahkan helper karena nasehat yang diberikan tidak mampu memecahkan masalahnya.
            Pedoman ketrampilan untuk memberikan informasi:
1.      Berusaha selalu mempunyai keterangan yang diperlukan, atau sekurang-kurangnya mengetahui sumber keterangan yang tepat.
2.      Jangan menggunakan tes pendidikan atau tes psikologi tanpa dilatih terlebih dahulu untuk melakukannya.
3.      Jangan menggunakan atau memberi nasehat kecuali apabila dilakukan dalam bentuk saran sementara yang tentative sifatnya, dan didasarkan atas keahlian yang kokoh.

Tidak ada komentar: