Jumat, 28 Januari 2011

Autism dan Childhood Schizoprenia

2.1 Mengenal Autism dan Childhood Schizoprenia

Banyak sekali definisi yang beredar tentang autis. Tetapi secara garis besar, autis adalah gangguan perkembangan, khususnya terjadi pada masa anak-anak, yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Pada anak-anak biasa disebut dengan autis infantil. Autisme merupakan gangguan perkembangan yang sangat sulit untuk dideteksi pada usia balita. Namun anak-anak balita yang dapat dideteksi secara dini memiliki peluang lebih besar untuk membaik jika intervensi dini diperkenalkan sebelum usia 5 tahun.

Schizophrenia juga merupakan gangguan yang membuat seseorang menarik diri dari dunia luar dan menciptakan dunia fantasinya sendiri, yaitu berbicara, tertawa, menangis dan marah-marah sendiri.

Tetapi, ada perbedaan yang jelas antara penyebab dari autis pada penderita schizophrenia dan penyandang autis infantil. Schizophrenia disebabkan oleh proses regresi karena penyakit jiwa, sedangkan pada anak-anak penyandang autis infantil, terdapat kegagalan perkembangan.

Gejala autis infantil timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada sebagian anak, gejala-gejala itu sudah ada sejak lahir. Seorang ibu yang sangat cermat memantau perkembangan anaknya, sudah akan melihat beberapa keganjilan sebelum anaknya mencapai usia 1 tahun. Yang sangat menonjol adalah tidak adanya atau sangat kurangnya tatap mata.

Untuk memeriksa apakah seorang anak menderita autis atau tidak, digunakan standar internasional tentang autis. ICD-10 (International Classification of Diseases) 1993 dan DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual) 1994 merumuskan kriteria diagnosis untuk autis infantil yang isinya sama, yang saat ini dipakai di seluruh dunia.

Kriteria Autis
Untuk hasil diagnosa, diperlukan total 6 gejala (atau lebih) dari nomor (1), (2) dan (3), termasuk setidaknya 2 gejala dari nomor (1) dan masing-masing 1 gejala dari nomor (2) dan (3).

1.   Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik.
Minimal harus ada dua dari gejala-gejala di bawah ini.
  • Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai: kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik kurang tertuju.
  • Tidak bisa bermain dengan teman sebaya.
  • Tak ada empati (tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain).
  • Kurang mampu mengadakan hubu-ngan sosial dan emosional yang timbal balik.

2. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi.
Minimal harus ada satu dari gejala-gejala di bawah ini:
  • Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tak berkembang. Anak tidak berusaha untuk berkomunikasi secara non-verbal.

  • Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak dipakai untuk berkomunikasi.

  • Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.

  • Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif dan kurang dapat meniru.

3. Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat dan kegiatan. Minimal harus ada satu dari gejala di bawah ini:
  • Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan.

  • Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya.

  • Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang.

  • Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda.


Sebelum umur 3 tahun, tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang:
a. interaksi sosial
b. bicara dan berbahasa
c. cara bermain yang monoton, kurang variatif.

Penyebab Autisme
Autis bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif Masa Kanak-kanak. Namun, kemungkinan kesalahan diagnosis selalu ada, terutama pada autis ringan. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya gangguan atau penyakit lain yang menyertai gangguan autis yang ada, seperti retardasi mental yang berat atau hiperaktivitas.

Autis memiliki kemungkinan untuk dapat disembuhkan, tergantung dari berat tidaknya gangguan yang ada. Berdasarkan kabar terakhir, di Indonesia ada 2 penyandang autis yang berhasil disembuhkan dan kini dapat hidup dengan normal dan berprestasi. Di Amerika, di mana penyandang autis ditangani secara lebih serius, persentase kesembuhannya lebih besar.

Autisme part 4 "DETEKSI DINI"         May 9, '08 4:39 AM
for everyone    

Deteksi dini pada anak dengan kebutuhan khusus atau anak dengan hambatan perkembangan perilaku ini, merupakan suatu hal yang teramat penting. Dengan dilakukannya deteksi dini, maka kita melihat kenyataan yang ada, dan kita dapat segera melakukan interfensi atau penanganan yang benar. Anak dengan kebutuhan khusus, sama dengan anak manapun yang mengalami perkembangan otak yang cepat pada usia dibawah 5 (lima) tahun. Dan yang paling ideal untuk intervensi dini adalah pada usia 2-3 tahun, karena saat ini otak anak berkembang paling cepat.



Disamping itu, karena proses terapy berlangsung skitar 2-3 tahun, maka dengan intervensi sedini mungkin, anak dapat masuk sekolah regular sesuai dengan usianya, bahkan di beberapa Negara, deteksi dini gejala autisma pada anak, dapat dilakukan pada usia dibawah 2 tahun. Dengan penanganan yang sangat dini ini, anak dengan gejala autisma ini dapat dicegah.


Untuk dapat melakukan deteksi dini, maka berikut ini berdasarkan kajian dari beberapa sumber saya berikan paparan beberapa cara untuk mengenali tanda-tanda atau gejala-gejala autisma Yaitu   :

dengan indicator perilaku autistik pada anak-anak, yang dapat dipergunakan pada segala usia. Yang terdiri dari beberapa indikator yakni   :

Bahasa/komunikasi

  1. ekspresi wajah yang datar
  2. tidak mengunakan bahasa/isyarat tubuh
  3. jarang memulai komunikasi
  4. tidak meniru aksi atau suara
  5. bicara sedikit atau tidak ada, atau mungkin cukup verbal
  6. mengulangi atau membeo kata-kata, kalimat-kalimat, atau nyanyian

  1. intonasi/ritme vocal yang aneh
  2. tampak tidak mengerti  arti kata
  3. mengerti dan mengunakan kata secara terbatas/harfiah (literally)

       Hubungan dengan orang

  1. tak responsive
  2. tak ada senyum social
  3. tidak berkomunikasi dengan mata
  4. kontak mata terbatas
  5. tampak asik bila dibiarkan sendiri
  6. tidak melakukan permainan giliran
  7. mengunakan tangan orang dewasa sebagai alat

       Hubungan dengan lingkungan

  1. bermain repetitive (diulang-ulang)
  2. marah atau tidak menghendaki perubahan-perubahan
  3. perkembangan rutinitas yang kaku (rigid)
  4. memperlihatkan ketertarikan yang sangat dan takfleksibel

       Respon terhadap rangsangan indera/sensoris

  1. kadang-kadang seperti tuli
  2. panik terhadap suara-suara tertentu
  3. sangat sensitive terhadap suara
  4. bermain-main dengan cahaya dan pantulan (bayangan)
  5. memainkan jari-jari didepan mata
  6. menarik diri ketika disentuh
  7. sangat tidak suka terhadap pakaian dan makanan, dll.tertentu
  8. tertarik pada pola/tekstur/bau tertentu
  9. sangat inaktif atau hiperaktif
  10. sering memutar-mutar diri atau barang tertentu, berputar-putar, membentur-bentur kepala, menggigit pergelangan
  11. melompat-lampat atau mengepak-ngepakan tangan
  12. tahan atau berespon aneh terhadap nyeri

       Kesenjangan perkembangan perilaku

  1. kemampuan mungkin sangat baik atau sangat lambat
  2. mempelajari keterampilan diluar urutan normal, misalnya : membaca tapi tidak mengerti arti
  3. Menggambar secara rinci, tetapi tidak dapat mengancing baju sendiri
  4. Pintar mengerjakan puzzle, peg, dll. Tapi amat sukar mengikuti perintah
  5. Berjalan pada usia normal, tetapi tidak berkomunikasi
  6. Lancar dalam membeo suara atau pembicaraan, tapi sulit berbicara dari diri sendiri (inisiatif komunikasi)
  7. Suatu waktu dapat melakukan sesuatu, tetapi tidak lain waktu

yaitu dengan The CHAT Screen (Checklist For Autism in Toddlers), deteksi ini sangat baik digunakan untuk usia dibawah 3 tahun. Dengan screening ini kita dapat lebih cepat mencari gejala-gejala awal. Bila ada kecurigaan, segera dicari gejala-gejala lainnya. Diagnosa ini berbentuk       :

       pertanyaan kepada orang tua,dengan beberapa pertanyaan yakni        :

  1. apakah anak anda seolah-olah melakukan sesuatu, misalnya membuat teh mengunakan cangkir atau mainan, atau berpura-pura yang lainnya ?
  2. apakah anak anda sering menunjuk-nunjuk untuk menyatakan ketertarikannya pada sesuatu ?
  3. apakah anak anda tertarik dengan anak-anak lain ?
  4. apakah anak anda senang bermain cilukba atau petak umpet ?
  5. apakah anak anda sering membawa serta memperlihatkan barang-barang kepada anda ?

NOTE  : jika dua atau lebih jawaban adalah “TIDAK” maka patut dicurigakan autisma (Kecuali terdapat keterlambatan perkembangan umum berat )

Tips tambahan bagi orangtua
1. Temuilah dokter
Jika Anda menduga anak Anda menderita autis, temui seorang dokter ahli dan mintalah diagnosa. Mintalah penjelasan kepada mereka dan tanyakan sebanyak mungkin pertanyaan yang menurut Anda perlu ditanyakan. Bersikaplah kritis! Jangan menunggu mereka memberikan informasi kepada Anda, karena Anda akan menunggu begitu lama tanpa jawaban.

2. Carilah bantuan
Banyak anak cacat tidak pernah memperoleh bantuan, karena orangtua mereka merasa takut dan malu. Ingat, tidak ada hal yang telah Anda lakukan, yang menyebabkan kecacatan ini terjadi. Orang lain juga punya masalah yang serupa. Ada pertolongan untuk anak Anda. Teruslah mencari informasi.

3. Bersabarlah
Jangan menyerah. Ingatlah bahwa anak Anda tidak suka bertindak seperti itu, tetapi mereka hanyalah berusaha untuk mendapatkan perhatian dari dunia dan sekitar mereka.

4. Jangan berulang-ulang berusaha melatih sebuah tugas kepada anak
Penderita autis biasanya menolak perubahan aktivitas rutin. Memaksa anak autis melakukan sesuatu, bisa jadi malapetaka. Jika Anda melihat ia mengalami kesulitan, mundurlah dan cobalah untuk memecahkan tugas itu menjadi sesuatu yang lebih sederhana dan mudah dikerjakan.

dedy ard-berbagai sumber | Glob

CONTOH DAFTAR PERTANYAAN DETEKSI DINI AUTISME

(M-CHAT : Modified Checklist for Autism in Toddlers)

Pertanyaan - pertanyaan dibawah ini sebaiknya dijawab secara jujur dan menyeluruh, sesuai dengan kecenderungan yang dilakukan anak sehari-hari.

1.   Apakah anak anda menyukai diayun, ditimang? (Y/T)
2.   Apakah anak anda memiliki rasa tertarik pada anak-anak lain? (Y/T)
3.   Apakah anak anda menyukai memanjat, misalnya tangga? (Y/T)
4.   Apakah anak anda menyukai permainan ciluk ba? (Y/T)

5.   Apakah anak anda pernah bermain “Sandiwara”, misalnya : Pura-pura bicara di telepon? Menjadi tokoh tertentu? Bicara pada boneka? (Y/T)
6.    Apakah anak anda pernah menggunakan telunjuk untuk meminta sesuatu? (Y/T)
7.   Apakah anak anda pernah menggunakan telunjuk menunjukan rasa tertariknya pada sesuatu? (Y/T)
8.   Dapatkah anak anda bermain dengan mainan kecil (mobil-mobilan/balok) dengan sewajarnya tanpa hanya memasukannya ke dalam mulut, kutak-katik atau menjatuhkannya saja?  (Y/T)
9.   Apakah anak anda pernah membawa objek/benda dan diperlihatkan pada anda? (Y/T)
10. Apakah anak anda melihat pada mata anda lebih dari 1 atau 2 detik? (Y/T)
11. Apakah anak anda sangat sensitif terhadap bunyi? (Y/T)
12. Apakah anak anda tersenyum pada wajah anda atau senyuman anda? (Y/T)
13. Apakah anak anda meniru anda? (misalnya bila anda membuat raut wajah tertentu, anak anda menirunya) (Y/T)
14. Apakah anak anda memberi reaksi bila namanya dipanggil? (Y/T)
15. Bila anda menunjuk pada sebuah mainan di sisi lain ruangan, apakah anak anda melihat pada mainan tersebut? (Y/T)
16. Apakah anak anda dapat berjalan? (Y/T)
17. Apakah anak anda juga melihat pada benda yang anda lihat? (Y/T)
18. Apakah anak anda membuat gerakan-gerakan jari yang tidak wajar di sekitar wajahnya? (Y/T)
19.  Apakah anak anda mencoba mencari perhatian anda untuk kegiatan yang sedang dilakukannya? (Y/T)
20.  Apakah anda berpikir bahwa anak anda tuli? (Y/T)
21. Apakah anak anda mengerti apa yang dikatakan orang lain? (Y/T)
22. Apakah anak anda terkadang menatap dengan tatapan kosong atau mondar-mandir tanpa tujuan? (Y/T)
23. Apakah anak anda melihat pada wajah anda untuk melihat reaksi anda ketika ia dihadapkan pada situasi yang asing atau tidak ia mengerti? (Y/T)



KETERANGAN

Seorang anak berpeluang menyandang autis jika : 3 atau lebih dari pertanyaan M-CHAT dijawab TIDAK.
Tidak semua anak berpeluang menyandang autis memenuhi kriteria spektrum autis. Daftar ini digunakan agar orang tua waspada untuk segera mengirim anak yang berpeluang autis kepada dokter ahli

Peranan orang tua dan dokter dalam deteksi dini autisme
Ditulis pada 27 Januari, 2008 oleh binhasyim

Oleh: Dr Widodo Judarwanto, SpA

Sumber: www.puterakembara.org


Dalam perkembangannya menjadi manusia dewasa, seorang anak berkembang melalui tahapan tertentu. Diantara jenis perkembangan, yang paling penting untuk menentukan kemampuan intelegensi di kemudian hari adalah perkembangan motorik halus dan pemecahan masalah visuo-motor, serta perkembangan berbahasa. Kemudian keduanya berkembang menjadi perkembangan sosial yang merupakan adaptasi terhadap lingkungan. Walaupun kecepatan perkembangan setiap anak berbeda-beda, kita harus waspada apabila seorang anak mengalami keterlambatan perkembangan atau penyimpangan perkembangan. Baca. Untuk mendeteksi keterlambatan khususnya gangguan , dapat digunakan 2 pendekatan :
  1. Memberikan peranan kepada orang tua, nenek, guru atau pengasuh untuk melakukan deteksi dini dan melaporkan kepada dokter
  2. Deteksi aktif yang dapat dilakukan dokter atau dokter spesialis anak

Memberikan peranan kepada orang tua, nenek, guru atau pengasuh untuk melakukan deteksi dini dan melaporkan kepada dokter bila anak mengalami keterlambatan atau gangguan perkembangan dan perilaku. Kerugian cara ini adalah bahwa orang tua sering menganggap bahwa anak akan dapat menyusul keterlambatannya dikemudian hari dan cukup ditunggu saja. Misalnya bila anak mengalami keterlambatan bicara, nenek mengatakan bahwa ayah atau ibu juga terlambat bicara, atau anggapan bahwa anak yang cepat jalan akan lebih lambat bicara. Kadang-kadang disulitkan oleh reaksi menolak dari orang tua yang tidak mengakui bahwa anak mengalami keterlambatan bicara.

Pendekatan lainnya adalah dengan deteksi aktif yang dapat dilakukan dokter atau dokter spesialis anak. Deteksi aktif ini dengan membandingkan kemampuan seorang anak dapat melakukan peningkatan perkembangan yang sesuai dengan baku untuk anak seusianya. Pendekatan kedua juga mempunyai kelemahan yaitu akan terlalu banyak anak yang diidentifikasi sebagai “abnormal” karena banyak gangguan perilaku penyandang autis pada usia di bawah 2 tahun juga dialami oleh penyandang yang normal. Sehingga beberapa klinisi bila kurang cermat dalam melakukan deteksi aktif ini dapat mengalami keterlambatan dalam penegakkan diagnosis.

Tampaknya peranan orangtua sangatlah penting dalam mendeteksi gejala autis sejak dini. Orangtua harus peka terhadap perkembangan anak sejak lahir. Kepekaan ini tentunya harus ditunjang dengan peningkatan pengetahuan tentang perkembangan normal pada anak sejak dini. Informasi tersebut saat ini sangat mudah didapatkan melalui media cetak seperti buku kesehatan populer, koran, tabloid, majalah dan media elektronik seperti televisi, internet dan sebagainya. Orang tua juga harus peka terhadap kecurigaan orang lain termasuk pengasuh, nenek, kakek karena mereka sedikitnya telah mempunyai pengalaman dalam perawatan anak.

Peranan orang tua untuk melaporkan kecurigaannya dan peran dokter untuk menanggapi keluhan tersebut sama pentingnya dalam penatalaksanaan anak. Bila dijumpai keterlambatan atau penyimpangan harus dilakukan pemeriksaan atau menentukan apakah hal tersebut merupakan variasi normal atau suatu kelainan yang serius. Jangan berpegang pada pendapat :”Nanti juga akan membaik sendiri” atau “Anak semata-mata hanya terlambat sedikit” tanpa pemeriksaan yang cermat. Akibat yang terjadi diagnosis yang terlambat dan penatalaksanaan yang semakin sulit. Langkah yang harus dilakukan adalah dengan melakukan uji tapis atau skrening gangguan perilaku atau autis pada anak yang dicurigai yang dapat dilakukan oleh dokter.

Kemampuan penilaian skrening Autis ini hendaknya juga harus dipunyai oleh para dokter umum atau khususnya dokter spesialis anak. Dokter hendaknya harus cermat dalam melakukan penilaian skrening tersebut. Bila mendapatkan konsultasi dari orangtua pasien yang dicurigai Autis atau gangguan perilaku lainnya sebaiknya dokter tidak melakukan penilaian atau advis kepada orangtua sebelum melakukan skrening secara cermat.

Banyak kasus dijumpai tanpa pemeriksaan dan penilaian skrening Autis yang cermat, dokter sudah berani memberikan advis bahwa masalah anak tersebut adalah normal dan nantinya akan membaik dengan sendirinya. Hambatan lainnya yang sering dialami adalah keterbatasan waktu konsultasi dokter, sehingga pengamatan skrening tersebut kadang sering tidak optimal. Orang tua sebaiknya tidak menerima begitu saja advis dari dokter bila belum dilakukan skrening Autis secara cermat. Bila perlu orangtua dapat melakukan pendapat kedua kepada dokter lainnya untuk mendapatkan konfirmasi yang lebih jelas.

Sebaliknya sebelum cermat melakukan penilaian, dokter sebaiknya tidak terburu-buru memvonis diagnosis Autis terhadap anak. Overdiagnosis Autis kadang menguntungkan khususnya dalam intervensi dini, tetapi dilain pihak juga dapat merugikan khususnya dalam menghadapi beban psikologis orang tua. Orangtua tertentu yang tidak kuat menghadapi vonis autis tersebut kadangkala akan menjadikan overprotected atau overtreatment kepada anaknya. Selain itu keadaan seperti itu dapat meningkatkan beban biaya pengobatan anak. Bukan menjadi rahasia lagi, bahwa orangtua penyandang Autis sangat banyak mengeluarkan biaya konsultasi pada berbagai dokter, terapi okupasi, pemeriksaan laboratorium yang kadang mungkin belum perlu dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

1. American of Pediatrics, Committee on Children With Disabilities. Technical Report : The Pediatrician’s Role in Diagnosis and Management of Autistic Spectrum Disorder in Children. Pediatrics !107 : 5, May 2001)

2. Anderson S, Romanczyk R: Early intervention for young children with autism: A continuum-based behavioral models. JASH 1999; 24: 162-173.

3. APA: Diagnostic and statistic manual of mental disorders. 4th ed. Washington, DC: American Psychiatric Association; 1994.

4. Bettelheim B: The Empty Fortress: Infantile Autism and the Birth of the Self. New York, NY: Free

5. Buka SL, Tsuang MT, Lipsitt LP: Pregnancy/delivery complications and psychiatric diagnosis. A prospective study. Arch Gen Psychiatry 1993 Feb; 50(2): 151-6.

6. Burd L, Kerbeshian J: Psychogenic and neurodevelopmental factors in autism. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry 1988 Mar; 27(2): 252-3.

7. Burd L, Severud R, Kerbeshian J, Klug MG: Prenatal and perinatal risk factors for autism. J Perinat Med 1999; 27(6): 441-50.

8. Cohen DJ, Volkmar FR: Handbood of Autism and Pervasive Developmental Disorders. NY: Wiley; 1996.

9. Horvath K, Papadimitriou JC, Rabsztyn A, et al: Gastrointestinal abnormalities in children with autistic disorder. J Pediatr 1999 Nov; 135(5): 559-63.

10. Johnson MH, Siddons F, Frith U, Morton J: Can autism be predicted on the basis of infant screening tests? Dev Med Child Neurol 1992 Apr; 34(4): 316-20.

11. Lainhart JE, Piven J: Diagnosis, treatment, and neurobiology of autism in children. Curr Opin Pediatr 1995 Aug; 7(4): 392-400.

12. Lovaas I: The Autistic Child: Language Development through Behavior Modification. NY: Irvington Press; 1977.

13. Lovaas OI, Koegel RL, Schreibman L: Stimulus overselectivity in autism: a review of research. Psychol Bull 1979 Nov; 86(6): 1236-54.

14. Poustka F, Lisch S, Ruhl D, et al: The standardized diagnosis of autism, Autism Diagnostic Interview- Revised: interrater reliability of the German form of the interview. Psychopathology 1996; 29(3): 145-53.

15. Singer HS: Pediatric movement disorders: new developments. Mov Disord 1998; 13 (Suppl 2): 17.

16. Skjeldal OH, Sponheim E, Ganes T, et al: Childhood autism: the need for physical investigations. Brain Dev 1998 Jun; 20(4): 227-33.

17. Teitelbaum P, Teitelbaum O, Nye J, et al: Movement analysis in infancy may be useful for early diagnosis of autism. Proc Natl Acad Sci U S A 1998 Nov 10; 95(23): 13982-7.

18. Volkmar FR: DSM-IV in progress. Autism and the pervasive developmental disorders. Hosp Community Psychiatry 1991 Jan; 42(1): 33-5.

19. Volkmar FR, Cicchetti DV, Dykens E, et al: An evaluation of the Autism Behavior Checklist. J Autism Dev Disord 1988 Mar; 18(1): 81-97.

20. Volkmar FR, Cohen DJ: Neurobiologic aspects of autism. N Engl J Med 1988 May 26; 318(21): 1390-2.

21. Vostanis P, Smith B, Chung MC, Corbett J: Early detection of childhood autism: a review of screening instruments and rating scales. Child Care Health Dev 1994 May-Jun; 20(3): 165-77.

22. Vostanis P, Nicholls J, Harrington R: Maternal expressed emotion in conduct and emotional disorders of childhood. J Child Psychol Psychiatry 1994 Feb; 35(2): 365-76.

23. Werner E, Dawson G, Osterling J, Dinno N: Brief report: Recognition of autism spectrum disorder before one year of age: a retrospective study based on home videotapes. J Autism Dev Disord 2000 Apr; 30(2): 157-62.

24. Wilkerson DS, Volpe AG, Dean RS, Titus JB. Perinatal complications as predictors of infantile autism. Int J Neurosci 2002 Sep;112(9):1085-98

25. Yirmiya N, Sigman M, Freeman BJ: Comparison between diagnostic instruments for identifying high- functioning children with autism. J Autism Dev Disord 1994 Jun; 24(3): 281-91

Tidak ada komentar: