Sabtu, 29 Januari 2011

Teori Sublimasi

Pemikiran dasar peneliti untuk penelitian ini di dapat dari teori
psikoanalitik yang mengatakan bahwa seni dapat menjadi media pelepasan
perasaan. Bila tidak adanya media pelepasan, perasaan tersebut dapat
menciptakan kekacuan atau berdampak negatif. Pendekatan seni dapat
dimasukkan ke dalam kurikulum pembelajaran karena dapat meningkatkan
pembelajaran anak. Pada proses pelaksanaannya, guru tidak menghakimi dan
mengkritik hasil seni anak. Menurut teori psikoanalitik point utama seni adalah
sebagai proses terapi. Keindahan dari hasil seni merupakan poin kedua (Engel,
1995). Teori psikoanalitik memaparkan seni sebagai media bagi anak untuk
pengekspresikan perasaan dan emosi. Anak sangat memerlukan kesempatan untuk
mengekspresikan perasaan dan emosinya. Pengekspresian ini adalah cara yang
sehat untuk perkembangan anak, serta hasil dari karya seni dapat membuat anak
merasa bangga dan meningkatkan kepercayaan diri anak (Isbell dan Raines,
2007).
Sublimasi adalah suatu usaha untuk melepaskan diri dari kegagalan dan
ketidakpuasan, dengan jalan mencari kemungkinan yang lebih baik dalam
mencapai tujuan. Para ahli psikoanalisis awal berpendapat, bahwa ilmu
pengetahuan dan seni memang merupakan sublimasi (penyaluran jiwa) dari suatu
frustrasi yang disebabkan karena dorongan nafsu seksual (Purwanto, 1992).
Melalui proses sublimasi, seks atau perasaan agresif anak diubah menjadi nilainilai
yang diterima oleh sosial atau bentuk-bentuk produktif seperti penciptaan
artisitik atau kebutuhan intelektual (Freud, 1991).
Sublimasi sangat sesuai untuk diterapkan menjadi konsep utama dalam
terapi seni dan dapat digunakan sebagai proses penyembuhan lewat seni. Lewat
proses sublimasi, perasaan-perasaan primitif yang anti sosial diubah menjadi
tindakan-tindakan sosial yang produktif. Kesenangan dalam mencapai tindakantindakan
yang diterima sosial dapat menggantikan kesenangan yang bersifat
negatif (Kramer, 2000:41). Sublimasi merupakan sebuah proses perubahan.
Melalui menggambar dan melukis, perasaan dari frustasi atau kemarahan dapat
diubah ke dalam bentuk yang lebih membangun. (Edwards, 2004).
Ada beberapa cara yang dianjurkan para ahli untuk membantu mengatasi
sifat agresif anak. Salah satunya mencari alternatif lain untuk melepaskan
kemarahan misalnya melalui musik atau seni. Seni memberikan kesempatan
kepada anak untuk mengekspresikan dirinya, memberikan rasa puas dan tenang
dalam dirinya. Seni dapat menjadi saran untuk mengekspresikan dirinya secara
ekspresif. (Hawadi, 2001)

Tidak ada komentar: