Sabtu, 29 Januari 2011

Anak Berbakat

A. Definisi
Definisi keberbakatan yang diadopsi dari US Office of Education (1971) adalah: “Anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang profesional diidentifikasikan sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdiferensiasi dan atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah yang biasa, agar dapat mewujudkan sumbangannya terhadap diri sendidi maupun terhadap masyarakat”.
B. Karakteristik Anak Berbakat
Renzulli, dkk (1981) menyimpulkan bahwa keberbakatan pada hakikatnya mencakup 3 kelompok ciri, di antaranya yaitu:
1.      Kemampuan di atas rata-rata
Seseorang dikatakan memiliki bakat intelektual bila ia mempunyai intelegensi tinggi atau kemampuan di atas rata-rata dalam bidang intelektual. Akan tetapi, kecerdasan yang tinggi belum menjamin keberbakatan seseorang.
2.      Kreativitas
Kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
3.      Pengikatan diri atau tanggung jawab terhadap tugas (task commitment)
Pengikatan diri terhadap tugas ditunjukkan dengan ketekunan dan keuletan seseorang dalam melakukan sesuatu walaupun menghadapi macam-macam hambatan; melakukan dan menyelesaikan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya atas kehendaknya sendiri.
Munandar (Mulatsih, 2008) menuliskan karakteristik anak berbakat sebagai berikut:
1.      Ciri-ciri intelektual atau belajar          
Mudah menangkap pelajaran, memiliki ingatan yang baik, perbendaharaan kata luas, penalaran tajam (berpikir logis-kritis, memahami hubungan sebab-akibat), daya konsentrasi baik (perhatian tak mudah teralihkan), menguasai banyak bahan tentang berbagai topik, senang dan sering membaca, ungkapan diri lancar dan jelas, pengamat yang cermat, senang mempelajari kamus maupun peta dan ensiklopedi.
Cepat memecahkan soal, cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan, cepat menemukan asas dalam suatu uraian, mampu membaca pada usia lebih muda, daya abstraksi tinggi, selalu sibuk menangani berbagai hal.
2.      Ciri-ciri kreativitas
Dorongan ingin tahunya besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai rasa keindahan, menonjol dalam salah satu bidang seni, mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya serta tak mudah terpengaruh orang lain, rasa humor tinggi, daya imajinasi kuat, keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya.
Dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal yang jarang diperlihatkan anak-anak lain), dapat bekerja sendiri, senang mencoba hal-hal baru, kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi).
3.      Ciri-ciri motivasi
Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama, tak berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan (tak lekas putus asa), tak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tak cepat puas dengan prestasinya), menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah "orang dewasa" (misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan sebagainya).
Senang dan rajin belajar serta penuh semangat dan cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (jika sudah yakin akan sesuatu, tak mudah melepaskan hal yang diyakini itu), mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian), senang mencari dan memecahkan soal-soal.
C. Karakteristik Dalam Setiap Perkembangan
  • Periode bayi
Pada perkembangan 0-2,5 tahun, masih terlalu dini untuk memberi label sebagai anak gifted, namun kepadanya diberi label lain yaitu “anak dengan lompatan perkembangan”. Pada anak tersebut terdapat beberapa gejala yang dapat menunjukkan bahwa kelak anak tersebut akan berkembang menjadi anak gifted. Secara umum, ciri-cirinya adalah:
1.      lebih besar dan lebih berat daripada rata-rata anak yang lahir
2.      tidak sabaran
3.      cepat dalam perkembangan membalas senyuman dan melihat sekeliling
4.      waktu tidur yang sedikit
5.      sangat alert atau peka
6.      sangat sensitif
7.      perkembangannya cepat
8.      mempunyai pola yang tetap dan teratur
9.      seringkali sangat tergantung, seringkali menuntut perhatian lebih
10.  mempunyai daya ingat yang kuat
Motorik halus:
1.      melihat ke tangannya
2.      memainkan kedua tangannya di depannya
3.      mengambil balok mainan
4.      mengambil balok mainan kedua dengan tangan yang lain
5.      mengambuil dan memasukkan balok mainan dari kotak
6.      bermain memberi dan menerima
Motorik kasar:
1.      akan stabil jika dilepas
2.      merangkak dengan perut di lantai
3.      menegakkan badan
4.      merambat
5.      jalan
Komunikasi dan perkembangan personalitas:
1.      membalas senyuman
2.      bereaksi jika dipanggil namanya
3.      mengatakan dada, baba, gaga (bahasa bubling)
4.      melambaikan tangan’
5.      berbicara dengan dua kata yang mempunyai makna
6.      memahami beberapa kalimat yang digunakan sehari-hari
7.      dapat menolong diri sendiri
8.      bermain dengan anak lain
9.      mempunyai pendapat sendiri
10.  dapat diberitahu atau diperintah
11.  mempunyai inisiatif
Tidak semua anak gifted mempunyai gejala yang lengkap sebagaimana di atas, namun secara umum mempunyai gejala-gejala yang banyak dari daftar di atas. Anak-anak yang premature dapat saja berkemungkinan kelaknya ternyata anak-anak gifted. Bayi-bayi ini mempunyai perkembangan merangkak dan berjalan yang lebih cepat dari jadwal rata-rata. Umumnya berjalan sebelum usia satu tahun.
Perilaku overaktif nampak sebagai akibat dari perkembangan sistem neuromoskularnya, yang telah diketahui bahwa perkembangan sistem persyarafan anak-anak gifted akan memakan waktu lebih lama daripada rata-rata anak-anak. Karenanya juga anak-anak ini mempunyai sistem pancaindera yang sangat sensitif, misalnya terhadap rangsang raba, cahaya, dan suara. Di samping itu ketahanan tubuhnya juga sangat sensitif dan menjadi rentan. Yang perlu dijelaskan juga adalah bahwa sangat banyak anak-anak gifted yang mengalami alergi misalnya terhadap bahan pewarna dan penambah rasa.
  • Usia 1-4 tahun
Balita usia 2,5-4 tahun dengan lompatan perkembangan biasanya tidak terlalu banyak masalah bila dibandingkan dengan masa-masa bayinya. Anak-anak ini belajar segala sesuatu sangat cepat. Ciri-cirinya adalah:
1.      mempunyai keterikatan pada pola yang sama
2.      mandiri
3.      mempunyai loncatan perkembangan kognitif
4.      tidak suka bermain dengan teman sebaya, namun lebih menyukai bermain dengan yang lebih tua
5.      konsentrasi terhadap tugas
6.      perfeksionis
7.      umumnya sering belajar membaca dan berhitung sendiri
8.      berkemampuan logik dan analisa yang baik
9.      mempunyai rasa ingin tahu yang besar
Masalah yang biasanya dihadapi oleh anak gifted adalah yang berhubungan dengan perkembangan sosial dan perkembangan emosional. Pada perkembangan sosialnya, si anak sulit beradaptasi dengan lingkungan teman sebaya karena anak gifted sering merasa dirinya berbeda dari anak lain dan merasa anak lain tidak dapat mengikuti perkembangannya. Kemudian anak gifted sering sulit menerima pendapat orang lain dan sulit menerima kekalahan karena ia merasa kemampuannya lebih tinggi daripada anak lain serta egonya masih tinggi. Pada perkembangan emosionalnya, anak gifted sering merasa rendah diri karena dengan kemampuannya yang berbeda dari anak lain tersebut, terkadang malah menjadi dianggap aneh dengan lingkungannya. Hal tersebut membuat anak gifted kurang percaya diri dan sering merasa tidak yakin pada apa yang ia hendak perbuat.
D. Jenis-jenis Keberbakatan
            Menurut Martison (Munandar, 2004) keberbakatan meliputi: kemampuan intelektual umum, kemampuan akademik khusus, kemampuan berfikir kreatif dan produktif, kemampuan dalam bidang seni, dan kemampuan psikomotor.
            Bila mengacu pada Howard Gardner (2008), maka keberbakatan meliputi:
1.      Kecerdasan Verbal - Linguistik
Kemampuan menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan ataupun pemikirannya. Anak-anak ini sudah bisa dikenali sejak usia di bawah empat tahun, misalnya, berbicara seperti orang dewasa, tertarik pada buku, menyenangi kegiatan yang mengenai penggunaan bahasa (membaca, menulis puisi, dsb). Anak-anak juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat, mereka juga cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Umumnya mereka juga punya kemampuan yang lebih tinggi daripada anak lain dalam menguasai bahasa baru.
Contoh aktivitas : membaca, menulis karangan, menulis puisi, menyusun kata-kata mutiara, dsb.
Tokoh : Faisal Tehrani, A. Samad Said, William Shakespeare, Rene Blanco, Sir Arthur Conan Doyle
2.      Kecerdasan Logik - Matematik
Kecerdasan ini mencakup kemampuan seseorang dalam berpikir induktif dan deduktif (pola berpikir ilmiah), berpikir menggunakan aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka dan perhitungan. Anak dengan kecerdasan ini cenderung menyukai kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu, menyusun hipotesis, membuat kategorisasi dan klasifikasi terhadap hal-hal yang dihadapi. Mereka cenderung menyukai kegiatan berhitung (perkalian, penjumlahan, dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan masalah matematika. Mereka juga sangat menyukai permaianan yang menyangkut kegiatan berpikir aktif, misalnya bermain catur.
Tokoh : Carl Friedrich Gauss, Al-Khawarizmi, Isaac Newton
3.      Kecerdasan Visual – Spatial
Kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dengan ruang, disebut juga kemampuan imajinasi.
Menggunakan anggota badan untuk meluahkan idea dan perasaan.
Contoh aktivitivitas : senang kegiatan menggambar dan melukis, bermain lilin/malam, puzzle, melihat lihat peta atau foto, dll.
Tokoh : Hijjaz Kasturi. Minoru Yamasaki, Alexander Thomson Alexander, Pablo Picasso, Leonardo Da Vinci
4.      Kecerdasan Gerakan Badan
Kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah, misalnya pada anak yang unggul dalam salah satu kegiatan olahraga, pandai menari, bermain sulap, atau bermain acrobat.
Contoh aktivitas : bisa dengan mudah melemparkan bola secara terarah pada jarak sekitar 1 meter, bisa memakai/melepas pakaiannya sendiri, dll.
CONTOH: Nicole David, Michael Jordan, David Beckham, Shazlin Zulkifli, Muhammad Ali, Shah Rukh Khan, Rosyam Noor, Jackie Chan
5.      Kecerdasan Musik
Kemampuan untuk peka terhadap suara-suara nonverbal di sekelilingnya, termasuk peka pada nada dan irama. Anak – anak dengan kecerdasan ini cenderung sangat menyukai mendengarkan nada dan irama yang indah, mudah mengingat sesuatu dan mengekspresika gagasan bila dikaitkan dengan musik.
Contoh aktivitas: Persembahan musik, bunyi vokal, bunyi instrumental, nyanyian dan drama lagu.
Tokoh : Adnan Abu Hassan, Ajai, M. Nasir, Yasin, Kitaro, Beethoven, Mozart, P. Ramlee, Siti Nurhaliza, Misha Omar
6.      Kecerdasan Intrapersonal
Kemampuan seseorang untuk peka terhadap dirinya sendiri, memahami berbagai kekuatan dan kelemahan terhadap diri, dan bertanggung jawab atas hidup pribadinya. Pada anak – anak kecerdasan ini bisa diamati bila anak menyadari perasaannya, dan bisa memotivasi diri sendiri untuk mencapai tujuan dan belajar sendiri.
Tokoh : H.M Tuah Iskandar, Dr. Fadzilah Kamsah, Albert Ellis, Willaim Glasser, Howard Gardner, Jean Piaget
7.      Kecerdasan Interpersonal
Kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan, temperamen keinginan, mood, dan tujuan orang lain, serta memberikan respons yang sesuai. Pada anak-anak, kemampuan ini bisa dilihat dari tidak pemalu, mudah berteman, memiliki rasa ingin tahu yang dalam terhadap orang lain, dsb.
Contoh aktivitas : mampu menjalin persahabatan, bisa memimpin, mengorganisasi, dsb.
Tokoh: Donald Trump, David Letterman, Aznil Hj. Nawawi
8.      Kecerdasan Naturalis
Kemampuan untuk peka terhadap lingkungan alam dan kemampuan untuk memahami serta menghargai dampak perbuatan terhadap alam. Anak dengan kecerdasan ini cenderung senang berada dilingkungan yang terbuka dan suka mengobservasi alam, misalnya flora dan fauna, benda-benda angkasa, laut, gunung, dll.
Tokoh : Louis Agassiz, David Starr Jordan, Edward D. Cope, Charles Darwin
Dengan memanfaatkan kecerdasan masing-masing. Semua tokoh di atas menempa nama dalam bidang masingmasing.
Masa depan yang cerah, menjadi penyumbang utama dalam sejarah manusia, dihormati sepanjang zaman.
E. Deteksi Dini Anak Berbakat
            Deteksi dini anak berbakat memerlukan berbagai pendekatan dari beragam keilmuwan, terutama psikologi, dokter, dan pedagog juga bantuan guru dan orang tua. Deteksi dini sangat penting, karena akhir-akhir ini di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, banyak anak berbakat yang terjerat diagnosis berbagai gangguan baik gangguan perilaku bermasalah maupun gangguan mental sehingga mereka pun mendapatkan terapi yang tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Terapi yang tidak sesuai pada akhirnya akan menyebabkan potensi keberbakatan yang dimiliki anak tersebut tidak terpupuk dengan baik. Kondisi tersebut bisa menyebabkan anak frustasi, marah, tidak percaya diri, memiliki rasa takut yang hebat, mengalami psikosomatis dan menjadi masalah lainnya.
            Dalam ilmu Psikologi, untuk mengetahui keberbakatan anak dapat digunakan metode pengukuran, yaitu observasi, wawancara, dan tes untuk seorang anak. Tes tersebut hanya bisa dilakukan oleh ahlinya (psikolog atau dokter). Akan tetapi sebetulnya observasi bisa saja dilakukan oleh orang tua dengan cara membandingkan dengan ciri-ciri anak berbakat.
            Anak usia 3,5 tahun belum bisa dikatakan anak berbakat. Anak tersebut dikatakan mengalami loncatan perkembangan. Sebaiknya orang tua yang mempunyai anak seperti itu mencari sumber-sumber bacaan tentang perkembangan anak berbakat dan mempelajari betul bagaimana perkembangan kognitif anak. Hal ini penting guna mengetahui lebih dalam tentang personalitasnya, agar bisa lebih luwes mengasuhnya. Anak yang mempunyai loncatan perkembangan memerlukan pengasuhan dan pendidikan yang terstruktur yang tidak mencegah perkembangannya.
F. Upaya Optimalisasi Anak Berbakat
Anak berbakat memiliki kemampuan dan minat yang amat berbeda dari anak-anak sebayanya, sehingga  agak sulit jika dimasukkan ke sekolah tradisional yang bercampur dengan anak-anak lainnya. Di kelas-kelas seperti ini akan terjadi dua kerugian, yaitu:
a.       anak berbakat akan frustrasi karena tidak mendapat pelayanan yang dibutuhkan
b.      guru dan teman-teman kelasnya akan bisa sangat terganggu oleh perilaku anak berbakat tadi.
Beberapa penanganan untuk anak berbakat antara lain:
1.      Menyelenggarakan program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat. Program akselerasi dapat dilakukan dengan cara "lompat kelas", misalnya dari kelas II langsung ke kelas V jika memang anaknya sudah matang untuk menempuhnya. Program akselerasi ini dapat dilakukan untuk: (1) seluruh mata pelajaran, atau disebut akselerasi kelas, ataupun (2) akselerasi untuk beberapa mata pelajaran saja. Dalam program akselerasi untuk seluruh mata pelajaran berarti anak tidak perlu menempuh kelas secara berturutan, tetapi dapat melompati kelas tertentu, misalnya anak kelas I Sekolah Dasar langsung naik ke kelas III. Dapat juga program akselerasi hanya diberlakukan untuk mata pelajaran yang luar biasa saja. Misalnya saja anak kelas I Sekolah Dasar yang berbakat istimewa dalam bidang matematika, maka ia diperkenankan menempuh pelajaran matematika di kelas III, tetapi pelajaran lain tetap di kelas I.
2.      Home-schooling (pendidikan non formal di luar sekolah). Jika sekolah keberatan dengan pelayanan anak berbakat menggunakan model akselerasi kelas atau akselerasi mata pelajaran, maka cara lain yang dapat ditempuh adalah memberikan pendidikan tambahan di rumah/di luar sekolah, yang sering disebut home-schooling. Dalam home-schooling orang tua atau tenaga ahli yang ditunjuk bisa membuat program khusus yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap kembali ke sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan ke sekolah pada kelas tertentu yang cocok dengan tingkat perkembangannya.
3.      Menyelenggarakan kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual. Dalam model ini biasanya jumlah anak per kelas harus sangat terbatas sehingga perhatian guru terhadap perbedaan individual masih bisa cukup memadai, misalnya maksimum 20 anak. Masing-masing anak didorong untuk belajar menurut ritmenya masing-masing. Anak yang sudah sangat maju diberi tugas dan materi yang lebih banyak dan lebih mendalam daripada anak lainnya; sebaliknya anak yang agak lamban diberi materi dan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Demikian pula guru harus siap dengan berbagai bahan yang mungkin akan dipilih oleh anak untuk dipelajari. Guru dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan memberikan perhatian individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat perkembangan dan ritme belajarnya.
4.      Membangun kelas khusus untuk anak berbakat. Dalam hal ini anak-anak yang memiliki bakat/kemampuan yang kurang lebih sama dikumpulkan dan diberi pendidikan khusus yang berbeda dari kelas-kelas tradisional bagi anak-anak seusianya. Kelas seperti ini pun harus merupakan kelas kecil di mana pendekatan individual lebih diutamakan daripada pendekatan klasikal. Kelas khusus anak berbakat harus memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan anak-anak berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajarannyapun harus dibuat yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Tidak ada komentar: