Jumat, 28 Januari 2011

Berkowitz, L. (1995). Agresi: Sebab & Akibatnya. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo.


Berkowitz (1995) menyatakan bahwa “perilaku agresif merupakan perilaku yang mengacu pada beberapa jenis perilaku, baik secara fisik maupun simbolis, yang dilakukan dengan tujuan menyakiti seseorang. Berkowitz (1995) mendefinisikan perilaku agresif verbal sebagai suatu bentuk perilaku atau aksi agresif yang diungkapkan untuk menyakiti orang lain, perilaku agresif verbal dapat berbentuk umpatan, celaan atau makian, ejekan, fitnahan, dan ancaman melalui kata-kata. Menurut Berkowitz (1995), perilaku agresif nonverbal merupakan suatu bentuk perilaku atau aksi agresif yang diungkapkan menurut sifat fisiknya, apakah aksi fisik seperti memukul atau menendang. Perilaku agresif non verbal dapat berbentuk seperti memukul, mencubit dengan kasar, menendang, memalak, berkelahi, mengancam orang lain menggunakan senjata, menyerang orang lain.
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan tersebut, dapat diketahui bahwa salah satu bentuk dari perilaku agresif adalah perilaku agresif verbal. Perilaku agresif verbal ini berbentuk lisan atau ucapan yang ditujukan untuk menyakiti atau melukai perasaan orang lain. Perilaku agresif verbal berbentuk umpatan, celaan, umpatan, ejekan, kata-kata fitnah, dan ancaman yang terfokus pada kata-kata.
Sedangkan perilaku agresif non verbal merupakan salah satu bentuk dari perilaku agresif. Perilaku agresif non verbal lebih mengarah pada aksi fisik yang ditujukan untuk menyakiti atau melukai orang lain baik secara fisik itu sendiri maupun psikis. Perilaku agresif non verbal dapat berbentuk pukulan, cubitan kasar, tendangan, palakan, perkelahian, ancaman dengan menggunakan senjata, merusak barang orang lain, merampas benda-benda milik orang lain, perkelahian antar kelompok dan antar geng, serta serangan fisik yang menimbulkan cedera. untuk perilaku agresif non verbal yang paling ekstrim adalah dalam bentuk kekerasan seksual dan pembunuhan.
Menurut Berkowitz (1995), faktor penyebab atau stimulus munculnya perilaku agresif adalah:
1.      Frustrasi Frustrasi bisa mempengaruhi kemungkinan untuk melakukan serangan terbuka, mereka bisa menjadi agresif meskipun hanya menemui rintangan yang sifatnya legal atau tak sengaja. Dorongan agresif mungkin tidak selalu tampak mata, akan tetapi bisa juga rintangan yang tidak bertentangan dengan kaidah sosial menyebabkan kecenderungan agresi.
2.      Perasaan negatif Perasaan negatif merupakan akar dari agresi emosional. Akan tetapi, dorongan agresif karena perasaan negatif tidak selalu tampak. Namun demikian, dorongan agresi masih bisa ada, meskipun tertutup oleh dorongan lebih kuat untuk menghindar, dan mungkin sekali bisa terungkap apabila makhluk hidup yang tertekan itu tidak bisa melepaskan diri dari perasaan negatif tersebut.
3.      Pikiran atau kognitif Penilaian atau atribusi mungkin tidak begitu penting, tetapi jelas bisa mempunyai pengaruh besar. Paling tidak, interpretasi bisa menentukan apakah kejadian emosional menyenangkan atau tidak menyenangkan, seberapa kuat perasaan yang ditimbulkan, dan apakah faktor penahan memainkan peranan. Dengan demikian, pikiran dapat mempengaruhi agresifitas seseorang dengan menentukan kejadian emosionalnya terlebih dahulu.
4.      Pengalaman masa kecil Pengalaman pada waktu masih kecil memiliki kemungkinan untuk menjadikan anak sebagai “agresor reaktif emosional” sehingga waktu dewasa menjadi agresif dan antisosial.
5.      Pengaruh teman Teman merupakan salah satu agen sosialisasi yang dijumpai anak-anak dalam kehidupan, dari waktu kecil hingga dewasa. Teman ini mengajari cara bertindak dalam situasi tertentu, dengan berperan sebagai model dan dengan memberi suatu penerimaan atau dukungan apabila mereka bertindak dengan cara yang dianggap pas.
6.      Pengaruh kelompok dan geng Dalam kelompok atau geng, anak-anak merasa dapat penerimaan dan status, mereka merasa penting dalam geng, sementara di tempat lain tidak berharga. Mereka juga mendapatkan dukungan bahwa pandangan dan sikap mereka bersama itu benar, dan bahwa bahaya yang mereka takuti dapat diatasi.
Dukungan ini memainkan peran penting pada perilaku agresif anak. Seorang anak yang mengalami penyimpangan sosial mungkin tidak berani melanggar hukum, tetapi jika bersama teman-teman anggota geng, ia merasa berani dan aman.
7.      Kondisi tak menyenangkan yang diciptakan orang tua Kondisi tak menyenangkan ini dapat berupa memberikan sikap dingin, tak acuh, tidak konsisten terhadap apa yang diinginkan dari si anak, serta memberikan hukuman yang brutal jika si anak tidak mematuhi perintah. Dari kondisi tak menyenangkan tersebut, dapat dipastikan bahwa anak akan menjadi relatif agresif apabila berada di luar lingkungan keluarga.
8.      Konflik keluarga Banyak yang beranggapan bahwa banyak anak nakal merupakan korban penyimpangan sosial dari kondisi keluarga abnormal. Hal tersebut dikarenakan mereka tidak hanya tumbuh dalam kemiskinan tetapi juga hanya mempunyai satu orang tua dan bukan dua sehingga mereka belajar untuk tidak menerima norma dan nilai-nilai tradisional masyarakat.
9.      Pengaruh Model Pengaruh model terhadap anak juga bisa mempengaruhi kecenderungan agresif anak, tidak perduli apakah orang lain itu ingin ditiru atau tidak. Bandura dan tokoh psikologi lainnya menyebut fenomena ini sebagai modeling dan mendefinisikannya sebagai pengaruh yang timbul ketika orang lain melihat orang lain (model) bertindak dengan cara tertentu dan kemudian meniru perilaku model.
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan tersebut, dapat diketahui bahwa perilaku agresif memiliki banyak faktor penyebab yakni amarah, pikiran atau kognitif, perasaan negatif, frustrasi, alkohol, temperatur, stresor lingkungan lain, polusi udara, kesenjangan generasi, pengaruh model, konflik keluarga, pengaruh teman dan kelompok, proses pendidikan dan pendisiplinan yang keliru, serta kondisi yang tidak menyenangkan yang diciptakan orang tua.

Tidak ada komentar: